Lengkara
Lengkara
Cinby Anabel & Sherly K.
XI AK 1
Prolog
Ketika dua insan yang memiliki cinta seluas sagara mengharapkan kisah mereka menjadi amerta, Adipati Gentala Abasya dan Elshava Isyana Tunggawijaya. Mereka adalah sepasang kekasih yang penuh dengan asmaraloka, membuat siapa pun cemburu dengan hubungan mereka.
Tapi amerta berubah menjadi lengkara, bukan karena status sosial mereka yang berbeda, tapi ini tentang bagaimana dahulu kala sang Putri Dyah Pitaloka memutuskan untuk bela pati demi bangsanya. Lantas menggunakan cara apa lagi mereka agar tetap bisa bertahan di saat Elshava Isyana Tunggawijaya sudah di pilihkan laki-laki bernama Nalendra Purwa Kertawidjaja.
Cinta Nalendra kepada Elshava pun selaksa, tapi sampai lautan mengering, cinta Elshava hanya untuk Gentala.
Mereka bertiga memiliki rasa sakit yang sama dan teramat. Biarkan alam semesta menentukan akhir dari kisah mereka bertiga.
Perbedaan
Pintu utama rumah Tunggawijaya terbuka, Elshava memasuki rumah dengan lunglai. Seharian ini dia menghabiskan waktu di butik miliknya. Baru saja Elshava melangkah masuk tiba-tiba mama-nya sudah berada di hadapannya.
"Teh mama mau bicara sama kamu."
Tanpa menjawab Elshava mengikuti mama-nya dari belakang. Mereka berdua duduk di ruang keluarga yang disana sudah ada papa dari Elshava.
"Papa gamau basa-basi lagi, sebelum semakin jauh hubungan kamu dengan Gentala, sebaiknya kamu putus kan dia."
Seketika Elshava merasa dunia-nya runtuh, dia tidak menyangka kata-kata itulah yang keluar dari mulut papa-nya.
"Tapi kenapa tiba-tiba, aku juga sedang tidak ada masalah dengan Gentala, kenapa hubungan kami harus berakhir?" Tanya Elshava.
"Kamu dan Gentala berbeda, papa dan mama mau yang terbaik buat kamu, kamu tau latar belakang kita itu berbeda dengan keluarga Adipati, mau sampai kapanpun sesuatu yang dipaksakan itu tidak berakhir dengan baik." Ucap papa-nya.
"Betul apa yang kamu bilang Teh, mama juga setuju dengan papa. Kamu tau kan Gentala itu masih mempunyai keturunan Bangsawan Jawa." Bela mama-nya.
"Tapi kita juga keluarga Bangsawan kan!" Ujar Elshava.
"Itu masalahnya, kita ini sesama Bangsawan, kita harus menjadi contoh yang benar bagi mereka-mereka yang sudah mempercayai kita. Kamu tidak bodoh Elshava, keturunan Jawa dan Sunda akan sulit jika menjalin hubungan yang nantinya akan ke jenjang pernikahan." Balas papa-nya
Selama ini hal yang paling ditakutkan Elshava, keluarga sangat patuh dengan leluhur. Awalnya Elshava kira hubungannya dengan Gentala akan nirmala, karena Gentala adalah sosok pria yang lembut tutur-nya dan keluarganya juga senang kepada Gentala.
Elshava tidak sanggup untuk melanjutkan pembicaraan dengan kedua orangtua-nya. Dia sudah terlalu letih kalau harus membahas hal ini. Didalam kamarnya dia termenung, malam ini terasa sangat temaram baginya. Fikiran nya penuh dengan suara bising yang tak karuan, tubuhnya terasa lemas.
Flashback on
Gentala adalah salah satu murid berprestasi yang ada di sekolahnya. Tidak sedikit anak perempuan yang mengagumi dan mengejar dirinya. Tapi seorang Gentala hanya melirik satu perempuan yang tak lain adalah Elshava.
Sesuai dengan namanya Elshava adalah sosok yang mandiri, penuh perhatian, memiliki paras yang cantik serta mempesona bagi siapapun yang mengenal dia.
Gentala sudah berusaha berulang kali untuk mendekati Elshava, tetapi Elshava tidak terlalu memperdulikan akan kehadiran seorang Gentala. Tidak menyerah begitu saja, setiap hari Gentala rutin mengirimkan susu strawberry kesukaan Elshava. Sebenarnya Gentala sedikit khawatir, karna tidak sedikit yang mengagumi paras seorang Elshava.
Gentala sebenarnya tidak mengetahui kalau sebelumnya Elshava pernah tersakiti sehingga dia tidak mudah untuk percaya lagi dengan laki-laki.Berkat bantuan Eleena yaitu teman dekat dari Elshava, Gentala mampu meluluhkan dan menjadi obat bagi Elshava.
Perlahan-lahan, asmaraloka mulai tumbuh di antara mereka. Hingga pada akhirnya mereka berdua menjadi pasangan yang sangat dikagumi. Mereka dikagumi bukan karena mereka selalu bersama di lingkungan sekolah, tetapi mereka adalah pasangan yang memiliki kesibukan masing-masing dengan organisasi mereka, tetapi komunikasi antara Gentala dan Elshava tidak pernah terputus.
Banyak pasang mata yang iri dengan hubungan mereka. Hubungan mereka terlihat sangat sempurna tanpa cela didalamnya.
Gentala yang sangat menyayangi Elshava dan Elshava yang selalu ada di setiap situasi yang dialami Gentala, entah itu suka maupun duka.
Flashback off
Pada hari jumat siang, Elshava menutup butik miliknya lebih awal. Bukan tanpa alasan, tapi karena sore ini Elshava akan pergi ke pantai bersama Gentala untuk menikmati sunset. Selama diperjalanan menuju pantai, Elshava terlihat sangat berbeda dari biasanya.
Sesampainya di pantai, mereka berdua duduk di tepian pantai. Gentala yang menyadari perubahan dari sang kekasihnya, akhirnya bertanya.
"Kamu kenapa hari ini terlihat berbeda dari biasanya?" Tanya Gentala.
"Oh, aku gapapa kok."
"Kamu gabisa bohongin aku El, bukannya kita udah janji engga bakal nutupin hal apapun itu. Sekarang jujur sama aku, apa yang mengganggu fikiran kamu." Tegas Gentala.
"Aku bakal bilang, tapi kamu harus janji untuk engga marah sama aku." Tutur Elshava.
"Selama ini aku ga pernah marah kalau kamu mau jujur ke aku, ada apa?"
"Kemarin malam, mama dan papa berbicara ke aku, kalau sebenernya hubungan kita, sudah tidak bisa kalau harus di lanjutkan lagi. Kamu tau kan Gentala, dunia kita berbeda. Kamu seoarang bangsawan Jawa, sedangkan aku bangsawan Sunda. Jelas kita tidak bisa bersama, aku tidak bisa melanggar sumpah dari nenek moyangku." Ucap Elshava dengan berurai air mata.
Suara ombak yang riuh mengisi keheningan di sore itu, lidah Gentala serasa keluh. Dia tidak bisa berkata-kata lagi, padahal banyak yang ingin dia utarakan dan dia tidak pernah menduga semua ini akan terjadi.
Perasaan gundah memenuhi fikiran mereka, harsa seketika hirap berganti dengan nestapa. Yang awalnya mereka ingin menikmati keindahan pantai justru kabar buruk bagi mereka berdua.
Gentala menatap wajah dahayu milik Elshava, didalam hatinya dia bertanya mengapa harus menjadi seperti ini? Mengapa harus terjadi di hubungan mereka? dan mengapa kisah mereka harus berakhir dengan perbedaan yang sulit untuk ditembus.
Setelah beberapa lama mereka diselimuti oleh keheningan, Elshava memberanikan diri untuk mengambil keputusan besar demi mempertahankan hubungan mereka berdua.
"Aku gamau hubungan yang kita perjuangin dari dulu hancur gitu aja, aku ga perduli orang lain diluar sana mau ngomong apa tentang hubungan kita, kita yang ngejalanin dan kita yang bangun hubungan ini, orang lain ga berhak hancurin hubungan kita bahkan orangtua aku sekalipun. Persetan dengan perbedaan latar kita, aku mau kamu selamanya Gentala. " Ucap Elshava.
"Lalu bagaimana caranya agar kita bisa pertahanin hubungan ini, kamu mau ngejalanin hubungan ini diam-diam?" Tanya Gentala.
"Kalau itu jalan satu-satunya kenapa engga?, aku ga masalah kalau kita jalanin ini diam-diam kita bisa pertahanin hubungan ini Gentala." Jawab Elshava dengan tegas.
Kegelisahan mereka hirap seketika, walau nastapa masih terasa. Gentala mendekap tubuh Elshava sembari melepaskan kegelisahan.
Mentari yang semakin terbenam menjadi bisu kisah mereka yang rumit ini.
Tak ingin tenggelam lebih lama dalam kegundahan, Gentala menarik tangan Elshava ketepian pantai, mereka menikmati ombak yang menyelimuti kaki mereka. Mereka berlarian dan melepaskan segala beban yang mereka pikul.
All I want is to fly with you
All I want is to fall with you
So just give me all of you
It feels impossible (It's not impossible)
Is it impossible?
Say that it's possible
Perjodohan
Mentari mulai terbenam sepenuhnya, langit perlahan menjadi gelap. Gentala dan Elshava akhirnya memutuskan untuk pulang. Gentala dan Elshava berjalan kearah motor yang tadi mereka kendarai saat pergi ke pantai.
Seperti biasa Gentala selalu mengecup kening Elshava dan membantu kekasihnya memakai helm. Didalam perjalanan mereka masih dipenuhi dengan pikiran masing-masing.
"Jangan pernah tinggalin aku ya El, aku bener-bener ga bisa kalau ga sama kamu, kamu yang ngebuat aku jadi pribadi yang lebih baik, kamu yang ngajarin aku untuk melakukan semua hal yang baik, aku ga sanggup kalau kamu pergi." Ucap Gentala.
"Tenang aja, aku ga akan tinggalin kamu, lagipula cuma kamu satu-satunya laki-laki yang bisa bikin aku percaya cinta lagi." Balas Elshava.
Setelah menempuh jarak yang cukup jauh, akhirnya mereka sampai di rumah Elshava. Gentala berniat untuk pamit ke orangtua Elshava, tapi dia mengurungkan niat nya itu. Entah apa yang membuat Gentala berubah pikiran tapi yang jelas itu karena masalah yang mereka bahas tadi.
"Aku duluan ya El, maaf aku kayanya belum bisa ketemu orangtua kamu dulu, aku belum siap kalau harus disuruh secara langsung buat akhirin hubungan kita." Lirih Gentala.
"Aku paham kok, aku juga pasti bakalan ngelakuin hal yang sama kalau aku diposisi kamu. Kamu hati-hati ya dijalan, jangan fikirin hal tadi, aku mau kamu sampai dirumah dengan selamat." Sahut Elshava.
Elshava memasuki halaman rumah nya dengan perasaan yang tak karuan, dia sedang memikirkan jawaban apa yang harus dia berikan ke kedua orang tua nya. Langkah nya semakin dekat dengan ruang keluarga yang dimana kedua orang tua nya sudah menunggu Elshava disana.
Elshava mencoba mengatur nafasnya agar dia tetap terlihat tenang.
"Tumben kalian pulang cepat hari ini." Tanya Elshava sembari berjalan ke arah sofa nntik duduk di dekat orang tua nya.
"Darimana kamu ?, mama sama papa nungguin kamu. Kamu abis pergi sama Gentala? kamu pergi kemana? kamu sudah sampaikan apa yang kita bahas kemarin?" Pertanyaan dari mama Elshava sangat beruntun sehingga membuat Elshava kebingungan harus menjawab yang mana terlebih dahulu.
"Mama satu satu ya tanya nya? El bingung harus jawab yang mana dulu. Boleh di ulangi ma apa aja yang mau di tanya?" Pinta Elshava dengan lembut.
"Kamu abis pergi sama Gentala? kalau iya kamu pergi kemana Teh?" Tanya mama nya.
"Iya ma aku habis pergi sama Gentala, tadi aku pergi ke laut sama dia." Jawab Elshava.
"Kamu sudah sampaikan ke Gentala apa yang kita bahas kemarin?" Tanya mama nya lagi.
Elshava tertegun, dia masih memikirkan jawaban yang tepat untuk orang tua nya. Dia diam untuk beberapa waktu sampai akhirnya dia tersadar ketika mama nya memanggil.
"Teh ini mama nanya sama kamu, kenapa kamu diam saja? mama nunggu jawaban dari kamu." Lamunan Elshava terbuyar.
"Eh iya, maaf tadi El melamun, El belum kasih tau ke Gentala ma. El tidak tau harus mulai dari mana untuk memberitahu Gentala soal kemarin." Elshava berbohong, karena dia merasa ini jawaban yang paling tepat untuk saat ini.
"Yauda kalau kamu ga tau caranya ngomong ke dia, biar mama sama papa aja yang ngomong besok, kamu tidak perlu repot repot kalau kamu gamau ngomong." Ucap mama nya dengan nada yang sedikit naik.
Elshava panik, karena kalau kedua orang tua nya yang menyampaikan ke Gentala akan lebih memperkeruh masalah,
karena orang tua nya itu orang yang cukup tegas dan tidak memandang bulu jika sudah bertindak.
"Jangan ma, kasih aku waktu untuk aku bisa jelasin ke dia. Aku butuh waktu beberapa hari, kasih aku waktu." Pinta Elshava dengan wajah yang penuh harap.
"Oke, mama sama papa kasih kamu waktu 3 hari untuk bilang ke Gentala." Tegas papa nya.
"Seminggu boleh Ma, Pa?" Masih dengan wajah nya yang memelas.
Orang tua nya saling bertatap seolah kedua nya memiliki pemikiran yang sama dan saling mengetahui isi otak satu sama lain.
Sebenarnya mereka tidak tega jika harus menekan Elshava dengan waktu yang cukup singkat ini, tapi mereka merasa bahwa lebih cepat lebih baik untuk keduanya sebelum mereka berdua berlarut terlalu dalam kisah cinta mereka.
Jika bisa dibilang secara jujur, mereka sangat menyukai Gentala karna sifat nya yang baik dan sopan santun, tapi mereka tidak bisa menerima Gentala di dalam keluarga mereka karena layar belakang mereka yang bertolak belakang.
"Jangan di undur lagi Teh, kita kasih kamu waktu satu minggu untuk jelasin ke Gentala, semakin cepat semakin baik. Setelah itu kamu akan kita akan ada acara makan malam dengan keluarga Kertawidjaja." Ujar papa nya.
"Terimakasih Ma, terimakasih Pa, sebisa mungkin aku secepatnya. Keluarga Kertawidjaja itu siapa, kenapa kita harus makan malem sama keluarga mereka?" Sambung Elshava.
“Mereka salah satu investor terbesar di butik papa, anak mereka yang bernama Nalendra yang akan di joodohkan dengan kamu.” Jelas papa nya.
Lagi dan lagi dunia Elshava serasa runtuh, anagata yang sudah dia bayangkan dengan kekasihnya kini sudah terasa lengkara.
Dia tidak bisa memberikan penolakan, yang dia bisa lakukan adalah menyetujui apa yang orang tua nya mau, dan apa yang di anggap orang tua nya baik.
“Baik kalau begitu, aku izin masuk ke kamar.” Elshava memilih untuk mengakhiri percakapan yang membuatnya tidak karuan.
Elshava memasuki kamar nya dengan perasaan gundah, akara ketika dia bersama Gentala terus berada dipikiran nya.
Dia meraih pintu kamar nya bersamaan dengan lolosnya air mata yang sudah dia tahan daritadi, Elshava menghapus air mata nya dengan kasar, dia tidak mau jika harus berlarut dalam kesedihan lagi malam ini.
Elshava memutuskan untuk mandi dan menenangkan dirinya dengan berendam di bathup nya. Dia menambahkan beberapa kelopak bunga mawar dan menyalakan lilin terapi agar dia merasa lebih tenang.
Tidak terasa dia sudah menghabiskan waktu 15 menit untuk berendam, dia keluar dan langsung mengenakan pakaian tidurnya.
Elshava mengambil handphone nya untuk melihat kabar dari Gentala. Ternyata Gentala masih belum mengabari Elshava. Elshava langsung overthinking, apakah ini karena kejadian tadi sore, atau karena hal lain .
Dia menunggu lama kabar dari Gentala, tetapi dia justru tertidur karena hari ini lumayan menguras energinya. Energinya habis terkuras karena memikirkan soal perjodohan.
Kicauan burung di pagi hari berhasil membangunkan Elshava dari tidur lelapnya. Dia dengan cepat mengambil handphone nya untuk melihat kabar dari Gentala.
Namun nihil, ternyata Gentala belum juga mengabari Elshava. Elshava yang semakin kepikiran akhirnya memutuskan untuk mengunjungi rumah Gentala setelah dia menutup butik nya nanti.
Elshava berangkat ke butik nya dengan lesu, sepanjang perjalanan bahkan saat di butik dia terus terusan melamun dan tidak bisa fokus. Dia merasa hari ini sangat lama sekali, sudah sedari tadi dia menunggu siang hari, dia berniat menutup butiknya cepat karena ini juga hari sabtu.
Setelah menunggu waktu yang cukup lama, akhirnya yang Elshava nantikan sudah tiba. Dia langsung menyuruh karyawan nya untuk segara menutup butik.
Elshava mengendarai mobilnya sendiri dalam perjalanan kearah rumah Gentala. Perasaan nya campur aduk antara rasa senang dan takut. Senang karena dia akan bertemu dengan Gentala, dan takut jika dia teringat perkataan orang tua nya saat sedang bersama kekasihnya itu.
Rahasia Gentala
Mobil miliknya sudah terhenti didepan pagar rumah keluarga Adipati. Satpam yang sudah mengenali mobil itu langsung membuka gerbang nya.
“Siang Pak, ada Gentala nya?” Tanya Elshava.
“Ada non, silahkan masuk saja.” Jawab satpam itu dengan ramah.
Langkahnya yang sedikit ragu ragu ini berjalan kearah pintu rumah keluarga Adipati. Langkahnya terhenti dan digantikan dengan ketukan di pintu rumah.
“Permisi, Gentala ini Elshava.” Ujar Elshava sembari mengetuk pintu rumah.
Pintu rumah itu terbuka dan yang dia lihat pertama kali adalah sosok perempuan yang tak lain adalah ibu nya Gentala yaitu Raden Ayu Kartika.
“Eh sayang kamu ada apa kesini?” Tanya Kartika dengan lembut.
“Maaf tante, aku mau ketemu Gentala, soalnya dari kemarin dia belum kabarin aku tante, aku takut dia kenapa napa.” Lirih Elshava.
“Dia belum kabarin kamu karena dia sakit, ayo tante anter ke kamar dia sekalian mau anterin makan siang dia.”Jelas Kartika.
Benar saja perasaan yang Elshava rasakan dari kemarin malam ada benarnya. Sekarang kekasihnya itu sedang sakit.
Elshava berfikir kalau Gentala hanya masuk angin tetapi ternyata lebih parah dari itu. Ketika Kartika sampai dikamar Gentala diikuti Elshava, bisa dilihat dengan jelas ada sosok laki laki yang sedang mengigil dikamar itu. Benar itu adalah Gentala, laki laki itu sedang demam tinggi.
“Gentala lagi demam El, ini kamu tolong kasih dia makan sekalian kasih minum obatnya ya.” Kartika menyodorkan semangkuk bubur dan beberapa obat ke tangan Elshava.
“Kalau bisa kamu sekalian bujuk dia untuk ke rumah sakit ya El, dari kemarin dia nolak untuk diajak kerumah sakit.” Lanjut Kartika lagi.
“Baik tante, serahin aja sama El.” Elshava mengambil mangkok dan obatnya.
Elshava berjalan pelan dan duduk disamping Gentala yang sedang tertidur. Dia mengusap pipi dahi dan pipi Gentala dengan lembut.
“Gentala ini aku, ayo kita makan abis itu minum obat dulu ya.”
Gentala memandang wajah kekasihnya itu, dia merasa senang kalau dia sedang sakit ada Elshava di sampingnya. Gentala memposisikan dirinya untuk bersandar di tembok.
“Setelah ini kita kerumah sakit ya?, demam kamu cukup tinggi, selain minggil apa lagi yang kamu rasain, ada bagian lain yang sakit lagi?”
Gentala terkekeh dia sangat senang dengan tingkah Elshava yang seperti itu, dia merasa Elshava sangat peduli padanya.
“Aku gamau ke rumah sakit El, ini cuma demam biasa kok.” Jelas Gentala.
Dia berbohong karena hanya mengatakan demam biasa, padal dia tau ini adalah penyakit lama nya yang kambuh lagi karena hidupnya yang kurang teratur belakangan ini. Bukan hanya demam yang dia rasakan, tapi dia juga merasa sesak nafas dan sakit yang teramat di punggung bawahnya itu.
“Aku tau kamu kesakitan Gentala, aku kenal kamu, kamu gabisa bohongin aku, ayo kita makan sehabis ini pergi kerumah sakit.” Tegas Elshava.
“Okei sayang aku ikutin mau kamu, kamu ikut juga ya.” Jawab Gentala.
“Pasti aku ikut bareng kamu, terimakasih Gentala.”
Setelah selesai makan dan minum obat, Elshava dan Gentala bergegas untuk berangkat kerumah sakit. Kali ini meeka menaiki mobil milik Elshava dan Elshava juga yang mengendarai nya.
Dalam perjalanan mereka berdua tidak banyak berbicara karena belum ada yang memulai percakapan, hanya lagu yang mengisi keheningan itu. Lagu yang sekarang terputar dari radio siaran mobil adalah melawan restu.
Kedua nya sekarang malah sedang beradu dengan fikirannya masing masing lagi. Lagu itu membuat kedua nya merasa kan kembali perasaan ketika mereka mengetahui mereka tidak bisa bersama.
Mereka yang pernah bermimpi untuk menjalani semua nya dengan mudah namun ternyata tak semudah yang mereka kira. Walaupun mereka sudah memutuskan untuk tidak saling meninggalkann namun kedua nya tau, bahwa kisah mereka itu lengkara.
Mungkin kah untuk mereka meminta kisah mereka itu amerta, tidak ada yang tau jawabannya. Mau sekeras apapun mereka mencoba, mau sekeras apapun mereka berjuang, kemungkinan mereka bersama sangatlah kecil.
Elshava mulai meneteskan air mata nya saat ia mendengar lagi pada bagian “restunya tak berpihak pada kita.” Tapi dia langsung menghapus air mata nya itu karena tidak mau membuat Gentala kepikiran, dia berharap Gentala tidak melihatnya saat sedang menangis.
Sesampainya di rumah sakit, Elshava langsung menghantarkan Gentala untuk memeriksa keadaannya. Setelah itu dokter mempersilakan Gentala dan Elshava duduk untuk memberitahu hasil pemeriksaan tadi.
“Gentala, penyakit ginjal kamu kembali lagi, kamu tidak boleh menganggap penyakit ini sebagai hal sepele” Ucap dokter
“Maaf dok? kembali lagi?”
Elshava jelas kebingungan, mengapa dokter tersebut berbicara hal yang membingungkan baginya.
“Iya El, Gentala memiliki riwayat sakit ginjal yang di deritanya semenjak dia di bangku sekolah” Jelas Dokter.
Elshava terdiam, ia tidak menyangka bahwa selama ini Gentala menyembunyikan hal sebesar ini dari dirinya. Elshava menatap Gentala yang tertunduk dengan bibir yang pucat.
Sekarang mereka sudah kembali berada kedalam mobil, Gentala masih belum berani menatap Elshava dan memberinya penjelasan.
“Jelasin semuanya Gentala.” Ujar Elshava.
Gentala masih terdiam, lidahnya terasa kelu untuk mengucapkan satu kata pun. “Kalau kamu cuma diam, gimana aku bisa paham sama situasi sekarang ini Gen”
Elshava merasa frustasi, semuanya terasa rumit baginya. Dia sudah lama menjalin kasih dengan Gentala, tapi dia bahkan tidak mengetahui penyakit yang kekasih nya derita itu. Semua perasaan tercampur aduk dalam dirinya, marah, kecewa dan sedih.
“Maaf El” ujar Gentala
“Sekarang ini aku ga lagi butuh maaf kamu, aku cuma butuh penjelasan dari kamu Gen. Gimana bisa kamu selama ini ngerahasiain hal sebesar ini ke aku? Kenapa kamu ga kasih tau aku Gen?” Ucap Elshava.
“Iya El, ginjal ku bermasalah sejak aku SMP. Aku ga kasih tau kamu karna aku kira penyakit aku ini udah hilang, tapi ternyata aku salah El.” Jelas Gentala.
Elshava yang mendengar penjelasan dari Gentala pun tak kuasa menahan tangisnya. Bagaimana bisa Gentala selama ini menahan sakit yang dia derita. Tak pernah tefikirkan juga di benaknya bahwa sang kekasih memiliki penyakit tersebut. Selama ini Gentala selalu terlihat sehat dan bugar di depannya, ternyata semua itu adalah kebohongan.
Mereka berdua kembali ke kediaman milik keluarga Gentala. Elshava langsung menghantarkan Gentala ke kamarnya untuk beristirahat.Elshava menarik selimut sampai ke batas dada Gentala.
“Istirahat yang banyak ya sayang, kalau ada jadwal untuk cuci darah san check up nanti biar aku temani ya.” Ucap Elshava.
“Tapi aku gamau ngerepotin kamu karna penyakit sialan ini El.”
“Kamu gaboleh ngomong gitu, pokoknya aku mau temani kamu. Aku ga ngerasa di repotin sama kamu, aku mau kamu biar bisa cepat sembuh” tungkas Elshava
Gentala tersenyum lalu ia meraih tangan milik Elshava. Diusapnya tangan Elshava sembari ia kecup.
“Makasih karna udah nerima aku yang ga sempurna ini ya El. Aku bener-bener beruntung bisa ketemu dan miliki kamu.” Ucap Gentala.
Pipi Elshava terasa sangat panas dan perlahan-lahan memerah. Jelas tidak jarang Gentala mengucapkan kata-kata manis tetapi tetap saja kalau ia terbawa suasana.
Sepulangnya dari rumah Gentala, Elshava langsung merebahkan badannya pada kasur empuk miliknya. Hari ini berjalan begitu berat baginya, tapi dia harus tetap kuat demi sang kekasih. Belum sempat Elshava memejamkan matanya, suara ketukan pintu terdengar.
Tok tok tok
Elshava mau tidak mau bangkit dan membuka pintunya. Dibalik pintu berdiri bibi yang bekerja dirumahnya.
“Kenapa bi?”
“Anu teh, si teteh di panggil sama kakang. Tapi teteh ganti baju dulu ya, di bawah sudah ada a’a Nalen yang baru aja dateng teh” ucap bibi
Elshava menghela nafas, kenapa rasanya hari ini dia tidak bisa beristirahat sejenak. Elshava lalu bergegas untun pergi ke ruang tamu. Persetan dengan perintah ayah nya yang menyuruh ia berganti pakaian.
Sesampainya dibawah, Elshava dapat melihat Nalendra yang sedang bercanda gurau dengan kedua orang tuanya. Melihat itu Elshava merasa kesal, kenapa bukan Gentala saja yang berada di posisi Nalen sekarang ini.
“Hai El, apa kabar?” Sapa Nalen
“Buruk, dan itu juga karna kamu”
“Elshava!” Tegur Raka pada sang anak
Nalendra yang mendengar itu pun hanya tersenyum, dia tidak heran kalau Elshava akan bersikap demikian. Nalendra sudah mengetahui bahwa El memiliki kekasih. Tapi dalam lubuk hati Nalen, dia berjanji akan berusaha mengambil hati milik El. Nalen tidak perduli akan sesusah apa hal tersebut akan terwujud.
Raka meninggalkan El dan Nalen berdua, ia mempershilakan kedua anak muda itu agar berbincang-bincang sendiri tanpa dirinya. Mau bagaimana pun juga Raka sudah bukan anak muda lagi, pasti dia akan kebingungan dengan obrolan anak muda jaman sekarang.
Hanya ada perbincangan singkat yang selalu saja dimatikan topiknya oleh Elshava. Tapi Nalen tidak menyerah begitu saja, ia selalu mencari obrolan yang membuat Elshava tertarik untuk membahasnya.
“Kenapa sih setiap aku ajak kamu ngobrol, selalu saja balasan nya singat begitu” tanya Nalen
“Aku gasuka bincang-bincang”
“Gasuka bincang-bincang atau kamu gasuka sama aku?”
“Aku gasuka sama kamu dan gasuka bincang-bincang sama kamu” Ketus Elshava
“Hahaha, ya aku tau itu El”
“Aku mau tanya sesuatu ke kamu” ucap Elshava
“Ya, tanya saja apa yang kamu ingin tanya ke aku El”
“Kamu tau kan kalau aku sudah punya Gentala, kenapa kamu ga nolak perjodohan ini?”
Nalendra terkekeh, ia mengambil cangkir teh dan menyesapnya sedikit.
“Kenapa kamu sendiri ga tolak perjodohan ini?” Nalendra membalikan pertanyaannya
“Ya karna aku gabisa! kalau aku bisa aku pun ga sudi nerima perjodohan sampah kaya gini? Aku ga suka!”
“Aku pun begitu Elshava.”
“Pembohong, kamu bisa nolak perjodohan ini kalau kamu mau Len! Kasih tau aku yanh sebenarnya, kenapa?”
“Aku ga pernah bohong ke kamu, mungkin aku kelihatan bohongin kamu kan.”
“Kalau gitu apa alasan kamu gabisa nolak?”
“Kamu gaperlu tau itu”
“Kamu gabisa jawab, artinya kamu bohongin aku”
“Aku udah bilang, aku ga bisa dan ga akan pernah bisa buat bohongin kamu”
“Terserah kamu mau bilang apa, aku ga percaya sama kamu!”
Setelah mengucapkan hal tersebut, Elshava meninggalkan Nalen dan pergi kembali ke kamarnya. Dia mengambil handphone miliknya dan menekan nomor milik Gentala. 10 menit lamanya Elshava mencoba untuk menghubungi Gentala, tapi sampai saat ini belum ada respon dari Gentala. Jelas Elshava merasa kahwatir.
Pengkhianatan
Tidak mau larut lebih lama lagi, Elshava memutuskan untuk tidur agar tubuhnya yang terasa lelah ini bisa kembali seperti semula. Sudah banyak hal yang dia lalui hari ini, sudah saatnya dia juga beristirahat.
Keesokannya Elshava menjalankan aktivitasnya seperti biasa. Pergi ke butik dan membuat beberapa desain baru yang akan ia keluarkan akhir tahun nanti. Tapi dia masih belum bisa tenang karena Gentala sampai saat ini masih belum ada kabar. Elshava takut sesuatu yang buruk menimph Gentala, mengingat Gentala sendiri pun dalam keadaan yang belum benar benar pulih.
Jam makan siang pun telah tiba, Elshava memutuskan untuk pergi makan siang di cafe yang memang sedikit jauh dari butiknya. Cafe itu baru saja buka, Elshava penasaran dengan menunyang ada disana, maka dari itu Elshava rela pergi jauh-jauh ke cafe tersebut. Elshava memberhentikan mobilnya yang berada tepat di depan cafe tersebut.
Belum sempat Elshava membuat seatbelt miliknya, dia mengerinyitkan dahinya. Dia melihat Gentala sedang berada di cafe itu. Yang lebih membingungkan lagi, Gentala tidak sendiri melainkan berdua dengan seorang perempuan yang terlihat asing bagi Elshava. Itu bukan sepupu atau pun saudara dari Gentala, bukan juga teman wanita yang Elshava kenal.
Gentala belum memberi Elshava kabar tapi sekarang Elshava melihat Gentala sedang makan berdua dengan perempuan lain. Situasi Elshava sekarang ini sangat membingungkan, Elshava mencoba untuk berpikir positif tetapi dia tidak bisa. Tidak mungkin Elshava salah melihat, sudah jelas pria itu adalah Gentala, kekasihnya.
Dengan perasaan yang kesal, Elshava mengurungkan niatnya untuk makan di cafe tersebut, dia memilih untuk kembali kebutiknya. Sesampainya di butik ia mencoba untuk kembali mengubungi Gentala. Akhirnya Gentala menjawab telefon dari dirinya.
“Halo sayang”
“Halo, kamu dimana?”
“Aku lagi dirumah, masih belum bisa buat pergi ke kantor, kepala aku rasanya masih pusing”
Pembual, fikir Elshava. Bagaimana Gentala bisa ada di rumah kalau jelas-jelas tadi Elshava melihat dirinya sedang berada di cafe yang letaknya jauh dari rumah Gentala.
“Yaudah kalo begitu kamu lanjut istirahat saja ya”
“Oke sayang bye”
Gentala menutup sambungan telepon nya lebih dulu, bahkan biasanya Gentala tidak mau menutup telepon dari Elshava.
Elshava tidak habis fikir, Gentala amat sangat mencurigakan dengan segala kebohongan yang ia temukan.
“Teteh, ada a’a Nalen katanya mau ketemu teteh”
Lamunan Elshava terbuyar oleh ucapan salah satu karyawan butiknya, Elshava menyuruh karyawan butiknya untuk mempershilakan Nalen masuk kedalam ruangannya. Nalen masuk lalu duduk di hadapan Eslahava yang sedang termenung.
“Kamu kenapa?”Tanya Nalen
Ternyata Nalen cukup peka untuk menyadari bahwa ada yang sedang tidak beres dalam diri Elshava.
“Gapapa, ngapain kamu kesini?”
“Ini, mama bawain kamu nasi dan lauk kesukaan kamu”
“Bilangin ke tante makasih ya, lain kali gaperlu buat repot-repot”
“Ga repot kok”
“Bukan kamu! Tapi tante”
“Haha iyaa tapi mama ga kerepotan, kan sekalian masaknya”
Elshava mulai membuka kotak bekal pemberian dari mama Nalen dan mulai melahapnya, walaupun fikirannya kosong, tapi ia tidak membiarkan perutnya ikutan kosong.
“Nalen, aku boleh tanya?”
“Hm? kamu mau tanya apa?”
“Kalau menurut kamu, kenapa cowok bisa selingkuh dari pacarnya”
“Banyak kemungkinannya El, bisa jadi karna memang dia merasa pacarnya kurang cukup untuk dirinya, bisa juga karna memang dia mau cari suasana baru. Tapi tetap saja selingkuh itu bukan hal yang bisa di normalisasikan”
“Begitu ya”
“Kenapa, Gentala pergi dengan perempuan lain?”
Elshava terkejut, bagaimana bisa Nalen mengetahui hal tersebut. Nalen bukan cenayang kan fikirnya.
“Bagaimana bisa kamu tahu!”
“Aku lihat dia pergi berdua dengan perempuan”
“Dimana?”
“Di mall dekat rumah, tadi waktu aku temani mama pergi untuk belanja di supermarket yang ada disana”
Elshava mengentikan suapannya, makanan yang didepannya terasa sangat hambar sekarang. Elshava terdiam dan tidak tahu harus berbuat apa. Gentala yang dia kenal bukanlah laki-laki yang suka untuk mengkhianati perempuan. Selama ini juga tidak pernah Elshava mendapati Gentala berurusan dengan perempuan lain selain dirinya, ibunya dan juga saudaranya.
Bagaimana bisa Gentala tega untuk mengkhianati Elshava, jelas-jelas waktu itu Gentala memgucapkan bahwa ia mau untun selalu ada di samping Elshava. Selama ini Elshava berusaha untuk meyakinkan keluarganya agar dapat memberikan restu untuk Gentala. Tapi ini balasan dari Gentala, apakah ini saatnya bagi Elshava untuk membuka hati kepada Nalen dan merelakan Gentala dengan perempuan pilihannya.
Berhari-hari Elshava mulai merasakan bahwa Gentala mulai menjauh dari dirinya. Mulai dari Gentala yang tidak memberi kabar, bahkan menghindar untuk bertemu dengan Elshava. Hal itulah yang membuat Elshava semakin yakin bahwa Gentala benar-benar mengkhianati Elshava.
Hari demi hari Elshava habiskan bersama Nalen, dan perlahan-lahan Elshava mulai menerima dan membuka hatinya untuk Nalen.
“El kamu tau ga kenapa aku lebih suka malam dari pada siang?”
“Kenapa Nal?”
“Karna di waktu malam aku bisa lihat bulan yang selalu buat aku inget sama kamu.”
“Maksudnya?”
“Iya El, kamu itu seperti bulan. Bintang-bintang itu layaknya seperti perempuan lain. Bulan gapernah takut kalah bersinarnya dari banyaknya bintang yang mengelilinginya. Bahkan bulan itu sendiri lah yang membantu bintang menyinari dirinya sendiri.”
“Dasar pembual.”
“Aku serius El, ga ada perempuan lain yang seperti kamu. Kamu itu istimewa bagi aku, aku selalu suka dengan hal sekecil apapun dari kamu.”
“Kalau aku benat seperti bulan, kenapa Galen lebih memilih bintang yang tidak sebanding dengan bulan itu sendiri Nal?”
“Itu karena dia buta, dia ga bisa buat bedain bulan dan bintang yang jelas-jelas sangat berbeda itu.”
“Kamu juga bisa saja buta seperti dia.”
“Walaupun nantinya aku buta, aku sudah pernah melihat wujud bulan El, dan sudah pasti aku dapat mebedakan mana bulan dan bintang bahkan tanpa melihat sedikitpun.”
“Bagaimana bisa kamu bermulut sangat manis Nalen.”
Nalendra tidak berbohong, dia sepenuhnya mengatakan yang sebenarnya. Elshava bersinar seperti bulan, dan tidak ada yang dapat menandinginya. Nalendra bagaikan malam yang akan gelap tanpa adanya bulan yang menyinarinya.
Dilain sisi ada Gentala yang sama hancurnya seperti Elshava, jika kalian fikir Gentala benar-benar selingkuh, maka kalian salah. Gentala melakukan semua ini untuk Elshava, ia berfikir bahwa lebih baik Elshava bersama laki-laki pilihan orang tua Elshava yang lebih baik dari dirinya.
Gentala juga merasa bahwa hubungan yang dipaksakan tidak akan bisa berjalan dengan lancar. Mau bagaimanapun juga, restu dari orang tua adalah hal penting. Gentala melakukan semua ini agar Elshava membencinya dan melepaskan dirinya. Tapi Gentala lupa, bahwa ia memyakiti dua hati sekaligus.
Hari ini Nalendra mengajak Elshava pergi menjenguk temanya yang sedang dirawat di rumah sakit. Sesampainya disana, Elshava teringat bahwa rumah sakit ini adalah rumah sakit yang rutin Gentala datangi untuk cuci darah.
“Cepat sembuh bro, gua ga ada temen main golf kalo lo masih tiduran disini.” Ucap Nalen pada temanya.
“Yaelah lo golf terus fikirannya, kapan kapan berkuda dong.”
“Waduh belum berani, kapok terakhir kali kudanya ngamuk.”
“Loh kamu pernah berkuda Nal” Tanya Elshava.
“Hehe, pernah El.”
“Ayo nanti belajar berkuda bareng aku.”
“Tapi aku takut kudanya ngamuk lagi.”
“Tenang aja, nanti aku jamin deh.”
Jam kunjungan pun berakhir, Nalen dan Elshava memutuskan untuk makan di kantin rumah sakit. Dari kejauhan, Elshava melihat Gentala dengan Perempuan yang terakhir ia lihat sewaktu di cafe. Kali ini Elshava tidak tahan lagi, ia menghampiri Gentala yang sedang berjalan di lorong rumah sakit.
“Gentala!” Teriak Elshava
Gentala membalikan tubuhnya dan menegang ketika melihat Elshava yang disusul oleh Nalen. Elshava berdiri tepat di hadapan Gentala, ia meilhat perempuan itu bersembunyi di balik tubuh kekar milik Gentala. Emosi Elshava sudah menggebu-gebu,
“Elshava?”
“Jelasin sama aku, siapa perempuan itu?” Ucap Elshava sembari menunjuk perempuan itu.
“Kamu ga perlu tau dia siapa El.”
“Apa maksud kamu? Jangan kamu kira aku gak tau, aku waktu itu juga liat kamu sama dia di cafe sebelah taman.”
“Dia Kyara, dan dia adalah perempuan yang aku suka.”
Elshava tidak menduga bahwa Gentala akan menjawab seperti itu. Pengakuan Gentala amat sangat membuat Elshava terkejut. Dia belum siap untuk menerima ini semua. Tanpa ia sadari, air mata sudah jatuh ke pipinya.
Each day goes by and each night, I cry
Somebody saw you with her last night
You gave me your word, "Don't worry 'bout her"
You might love her now, but you loved me first
Said you'd never hurt me, but here we are
Oh, you swore on every star
How could you be so reckless with my heart?
“Kenapa? Kamu kaget? Jangan berlagak seolah-olah kamu tersakiti, kamu fikir aku ga sakit setelah liat kamu sama Nalen?” Tanya Gentala.
“Aku udah bilang kalau aku bakal usaha untuk batalin perjodohan ini kan?”
“Tapi sekarang buktinya mana? Udahlah El, ayo kita hidup masing-masing mulai sekarang. Lupain kalau aku pernah ada di hidup kamu, lagi pula aku udah temuin perempuan yang bisa gantiin kamu di hati aku.”
“Setelah semua ini Gen? Oke kalau itu nmau kamu, makasih udah ngisi hari-hari aku. Aku ga akan pernah mau untuk ketemu kamu lagi setelah ini, aku benci kamu. Tapi aku harap kamu datang ke pernikahan aku sama Nalen.” Ucap Elshava
Gentala terdiam setelah mendengar ucapan dari Elshava, ia tau ini semua akan terjadi. Tapi Gentala tetap merasa sakit karna ucapan Elshava. Ini juga karna salahnya, fikir Gentala. Ini yang Gentala mau, harusnya ia senang karna rencananya berhasil.
Kyara bukanlah perempuan yang ia cintai, melainkan sepupu jauh dari Gentala yang bekerja sebagai dokter di rumah sakit Singapore. Gentala berbohong kepada Elshava. Kyara tadinya menolak membantu Gentala, tetapi ia tidak tega setelah Gentala memohon kepada dirinya.
Elshava menarik tangan Nalen untuk meninggalkan area rumah sakit. Nalen pun membawa Elshava pergi ke tempat yang dimana mereka berdua dapat melihat langit malam yang indah. Nalen membawa Elshava ke tempat ini agar Elshava dapat menenangkan dirinya.
Mereka duduk di tanah lapang, disana Elshava menangis sejadi-jadinya. Ia meluapkan segala arasa sakit yang ia rasakan karna perbuatan Gentala. Nalen menghapus air mata yang menghiasi pipi Elshava, ia merasa tidak tega melihat Elshava seperti ini.
“Kenapa Gentala lakuin hal ini ke aku Nal, kurang apa aku dimata Gentala?” Tanya Elshava.
Nalendra mendekap tubuh milik Elshava, ia menusap pundak Elshava. Hangat, satu hal yang dirasakan oleh Elshava. Berkat pelukan dari Nalendra, Elshava merasa dirinya lebih tenang dari sebelumnya.
“Aku udah bilang ke kamu kan El, kamu itu sempurna.”
Nalen melepaskan dekapannya, ia menangkup pipi Elshava dan menatap matanya. Mata yang dulu selalu berbinar, kini terhiasi oleh air mata. Nalen benci ketika melihat Elshava manangis, ia bersumpah tidak akan membiarkan Elshava menangis tersakiti lagi setelah ini.
“Kamu lihat bulan itu El, wlaupun tertutupi setengah, bulan itu tetap cantik El. Sama seperti kamu, tidak ada yang bisa menutupi kesempurnaan yang kamu pumya. Gentala orang bodoh, dia buta dan ga bisa ngeliat kesempurnaan kamu.” Jelas Nalen.
Dilain sisi, ada Gentala yang menangis di kamarnya sendirian. Dia menghiraukan rasa sakit yang ia dapat setelah cuci darah. Merelakan seseorang bukan lah hal yang mudah, apa lagi orang itu adalah Elshava, perempuan yang amat ia cintai. Gentala teringat akan janjinya kepada Elshava yang tidak akan meninggalkan Elshava. Namun sekarang Gentala mengingkari janji yang ia buat sendiri.
“Mas ayo makan dulu.”
Kartika memasuki kamar anaknya sembari membawa nampan yang berisi bubur untuk Gentala. Ia mendekati anaknya dan memeluk Gentala.
“Nak, ibu tau kalau kamu memang sedang tidak baik-baik saja. Tapi kamu harus fikirin kesehatan kamu juga, kamu harus makan ya.”
“Gentala gamau bu, rasanya begitu sakit sampai Gentala tidak nafsu untuk memakan sesuap pun.”
“Kamu ga boleh begini terus, kalau kamu begini Elshava akan sedih.”
“Elshava ga akan perduli lagi, Elshava sudah benci Gentala.”
“Perempuan itu tidak mudah meghapus rasa begitu saja nak, walaupun Elshava bilang seperti itu, tapi ibu yakin kalau dia pasti masih sayang sama kamu.”
Gentala tau itu, tidak mungkin bagi Elshava untuk menghapus perasaannya begitu saja, tapi Gentala tetap tidak dapan menenangkan dirinya. Merelakan terlalu berat untuk dirinya, ia mau Elshava untuk selamanya, namun semua terasa sangat tidak mungkin.
Dilain sisi, Elshava sudah berada di kamar miliknya. Ia mengambil secarik kertas untuk menuliskan apa saja yang ia rasakan.
”Aku adalah seorang wanodya yang berharap bisa bersamamu, tapi aku sadar bahwa hal itu hanyalah fatamorgana.
Aku terus berlari ke arah mu Namun kau terus berjalan menjauh Sehingga terus menyisihkan sebuah jarak. Aku terus mengobati luka di dirimu Namun kau terus menyiram cuka di atas lukaku Aku hanya bisa tersenyum, seakan menikmati.
Kurasa kau tak sengaja dan aku tak pernah sadar memenuhi raga yang di paksa menelan semuanya.Entah kenapa aku tak melepaskanmu Memaksa hati untuk selalu memahami.
Hingga aku tau semuanya terlambat untuk disesali Mempertahankan hanyalah sebuah kesia-siaan.”
Kertas yang Elshava tulis terbasahi oleh air mata miliknya. Elshava benar-benar meluapkan perasaannya pada tulisan. Ia melipat kertas tersebut dan memasukannya ke dalam amplop surat. Dia tidak akan mengirimkan surat ini pada Gentala, melainkan ia akan membiarkan surat tersebut hancur dimakan waktu, bersamaan dengan kenanganya bersama Gentala.
Takdir
5 bulan telah berlalu, Elshava dan Nalen kini semakin dekat pada acara pernikahan mereka berdua. Berbagai persiapan sudah matang, mulai dari tempat, acara, dan yang lainnya. Namun sampai saat ini Elshava tidak dapat menghapus rasanya pada Gentala. Nalen mengetahui hal tersebut, tapi ia memilih untuk memakluminya, Nalen amat sangat mengerti dan menghargai Elshava.
Besok adalah pernikahan Nalen dan Elshava, semua orang sibuk menyiapkan diri untuk esok hari. Elshava pun merasa gugup, mau bagaimana pun juga pernikahan adalah hal sakral. Hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidupnya. Ia akan memulai kehidupan baru, dan ia berharap hidupnya nanti akan menjadi lebih baik.
Dimalam nya Elshava kembali memikirkan Gentala lagi. Walaupun besoknya adalah hari pernikahannya tetap saja dia ingin menghubungi Gentala, hatinya tak bisa di bohongi. Sampai saat ini Gentala masih mempunyai tempat sendiri di hatinya.
Elshava mengambil handphone nya kemudian mengotak atik dengan perasaan gelisah, dia sudah membuka chatnya dengan Gentala. Disana masih tersusun dengan rapih riwayat chat nya dengan Gentala, itu berhasil membuat rasa rindu nya semakin bertambah.
Akhirnya Elshava memberanikan dirinya sendiri untuk mengirim pesan pada Gentala dari handphone nya itu.
“Selamat malam Gentala, aku hanya mau mengingatkan besok adalah hari pernikahan ku dengan Nalen, aku harap kamu bisa hadir ya.”
Pesan yang dia kirimi bukanlah pesan yang sesuai dengan isi hatinya, karena sebenarnya yang ingin dia kirimi adalah menyampaikan rasa rindunya yang teramat.
Tidak lama kemudian muncul notif di handphone Elshava, itu adalah balasan dari Gentala.
“Selamat malam El, aku pasti akan datang besok di pernikahan kamu. Selamat berbahagia dengan semesta mu ya Elshava,”
Elshava tidak membalas pesan itu lagi, ia hanya membaca pesan itu dengan senyum kecil. Senyum itu bukan mengisyaratkan kalau ia sedang senang, justru sebaliknya. Semestanya bukanlah Nalen yang akan menikah dengan ia, semestanya adalah Gentala, dan akan selalu Gentala.
Jam sudah menunjukan pukul 22:00 wib, Elshava bergegas tidur karena dia harus bangun pagi buta nanti untuk bersiap siap. Dia mengambil jam alarm dan mengatur jam itu agar bunyi disaat jam 2 pagi.
Suara alarm memenuhi isi ruangan kamar milik Elshava. Ketukan pintu dari luar kamar juga berhasil membangunkan Elshava.
“Sayang, ayo bangun untuk bersiap siap buat di rias.” Itu adalah milik Ella, mama nya Elshava.
Elshava mengusap matanya, dia rasa tidur nya sudah cukup, dia berjalan kearah pintu kamar dan membukanya.
“Mau di rias dimana Ma?”
“Di kamar kamu aja ya Teh, biar kamu lebih nyaman juga. Anak mama sekarang sudah besar ya, hari ini kamu akan menikah dan meninggalkan rumah ini. Mama pasti bakalan kangen banget sama kamu.” Ucap mama nya sambil berderai air mata.
Ella langsung memeluk Elshava dengan erat, sekarang kedua nya menangis bersama. Mereka saling menyalurkan rasa sedih satu sama lain.
Mereka berdua merasakan ada yang memeluk mereka, ternyata itu adalah Raka, Raka adalah papa nya Elshava. Papa nya ikut menangis bersama mereka.
“Teh maafin Papa sama Mama karena sudah menjodohkan kamu, tapi ini yang terbaik menurut kami untuk kamu. Maaf harus memisahkan kamu dari Gentala.” Suara papa nya terdengar serak.
“Teh mama gamau di tinggal kamu juga, di mata mama kamu itu masih anak kecil, mama takut kalau nanti tidak ada yang manja sama mama lagi, mama takut kalau kamu tidak akan kembali kerumah ini lagi.” Ucap Ella dengan sesegukan.
“Ma, Pa, tidak apa apa dengan perjodohan ini. Elshava pasti akan sering berkunjung kesini. Elshava akan tetap jadi anak kecil nya kalian.”
Setelah menangis bersama, mereka akhirnya kembali untuk bersiap siap. Elshava sekarang sedang di rias oleh MUA begitu pun denga mama nya. Selesai di rias Elshava sudah siap untuk berangkat. Dia sangat amat cantik mengenakan gaun pengantin dan siger adat Sunda.
Jam 08:00 wib Elshava dan keluarga nya bergegas menuju gedung. Mereka menaiki mobil yang berbeda, Elshava menaiki mobil khusus pengantin, sementara keluarganya yang lain mengikuti dari belakang.
Entah kenapa Elshava sudah memiliki firasat yang kurang enak dari sebelum berangkat, tapi dia terus berfikir positif .
Mobil Elshava terjebak lampu merah untuk waktu yang cukup lama. Lampu hijau kembli menyala yang menandakan mereka bisa jalan. Dari sisi kanan perempat ada sebuah truk yang cukup besar mengebut sehingga mobil pengantin itu tidak dapat menghindarinya,
Mobil itu terpental cukup jauh, dan sekarang keaadaan mobil itu hancur parah. Jalanan sekarang macet karena kecelakaan itu.
Orang tua Elshava yang melihat langsung kejadian itu sangat syok dan menangis sejadi jadinya, anak semata wayang nya itu kecelakaan di hari yang seharusnya menjadi hari bahagia dia. Orang orang mulai mengerumuni dan menelfon polisi serta ambulan.
Dilain sisi, orang orang sudah menunggu kehadiran Elshava di gedung, salah satunya adalah Gentala. Gentala sudah sangat tidak sabar melihat Elshava yang berbalut pakaian pengantin. Setidaknya ia dapat melihat sang pujaan hati menjadi mempelai walaupun bukan dia mempelai pria nya.
Sebenarnya kondisi Gentala sudah sangat parah, tidak memungkinkan untuknya agar bisa datang kesini. Namun demi Elshava dia menahan semua rasa sakit yang ia derita. Nalendra beserta keluarga juga sudah hadir di gedung tersebut, Nalen langsung diarahkan untuk duduk di kursi yang sudah disediakan untuk ijab qobul.
Terhitung sudah 10 menit mereka semua menunggu kehadiran mempelai wanita, namun tak kunjung datang juga. Sampai pada akhirnya salah satu bibi dari Elshava menangis dan terduduk lemas. Yang lain pun bertanya, apa yang sedang terjadi.
Berpisah
Berita duka cita yang mereka dapatkan, sang MC mengumumkan bahwa mempelai wanita mengalami kecelakaan dan berada di rumah sakit. Tidak ada yang tau bagaimana kondisi Elshava yang terbaru. Gentala yang mendengar itu pun melemas, tapi ia langsung bergegas untuk pergi ke rumah sakit. Begitu pula yang dilakukan Nalendra dan sang keluarga.
Sesampainya di rumah sakit, Gentala berlari ke arah ruangan dimana Elshava sedang ditindak lanjuti. Disana sudah ada kedua orang tua Elshava yang terisak. Gentala menanyakan bagaimana keadaan Elshava, tetapi mereka pun masih belum tau. Tidak lama dokter keluar bersama satu perawat, mereka langsung bertanya kepada dokter tersebut.
Dokter tersebut hanya mengelengkan kepala dan mengucap.
“Elshava Isyana Tunggawijaya, meninggal pada 23 November 2023 pukul 11.35 WIB”
Tangis mereka pun semakin pecah, Ella pun jatuh tak sadarkan diri. Sementara Gentala dan Nalen berhamburan untuk memasuki ruangan Elshava. Didalam sudah terlihat Elshava yang terbaring tak berdaya, bibirnya pucat dan badannya pun terbujur kaku.
Gentala dan Nalen tak kuasa lagi untuk menahan tangis. Gentala memeluk tubuh tak berdaya milik Elshava, sedangkan Nalen hanya menangis dalam diam. Mereka tidak menyangka hal ini terjadi pada sang pujaan hati. Hari yang harusnya terisi oleh tawa dan kebahagiaan namun sekarang berubah jadi tangisan dan kesedihan.
“Kenapa kamu ninggalin aku El, aku udah datang di hari pernikahan kamu El, ini kan yang kamu minta. Aku mau lihat kamu tersenyum memasuki gedung pernikahan, bukan kamu yang tertidur di bankar ini. Ayo bangun El, lihat Nalen sudah rapih dengan pakaian pengantin, jangan buat Nalen menunggu lebih lama.” Ucap Gentala sembari terisak.
Nalendra meraih tangan Elshava lalu mengecupnya, ia sebisa mungkin menahan air matanya untuk keluar lebih banyak lagi. Dia berusaha tegar di depan Elshava, Nalen juga menepuk-nepuk pundak Gentala sebagai isyarat untuk menegarkan Gentala.
“Elshava, kalau kamu ga bersedia untuk menikah dengan aku, kamu cukup bilang ke aku, biar aku batalin El. Kamu bisa hidup bahagia dengan Gentala, dan ga berakhir kaya gini. Bagaimana bisa malam hidup tanpa bulan? “ Ucap Nalendra.
Dada Genta terasa sangat sakit, nafasnya tersengal dan pandangannya mengelap. Gentala langsung di larikan ke UGD dan dimasukan ke ruang ICU, ginjalnya sudah tidak dapat menahan lagi. Gentala dinyatakan kritis dan koma, keluarga Gentala yang mendengar dua kabar mengejutkan itu pun langsung mendatangi rumah sakit.
Semua orang benar benar merasa kan panik dan sedih yang mendalam, bagaimana bisa kedua pasangan ini mengalami takdir yang begitu menyakitkan. Sekarang semua orang berdoa untuk ketenangan Elshava dan kesembuhan Gentala.
Didalam ICU Gentala sedang bertarung untuk melawan sakitnya, sudah banyak alat alat yang di pasangkan ke tubuh Gentala utuk membantunya.
“Dimana aku.” Ucap Gentala di tempat yang terlihat putih dan kosong.
“Gentala!”
“Elshava?”
Gentala melihat Elshava yang terbalut pakaian putih, wajagh Elshava terlihat bersinar.Gentala berlari menuju Elshava, ia langsung mendekap Elshava. Gentala menangis tersedu-sedu dipelukan Elshava.
“Kenapa kamu tinggalin aku dan yang lain El.”
“Aku disini Gentala, aku lebih suka disini. Kamu mau ikut aku? Disini kita bisa bersama tanpa ada yang usik kita lagi Gentala”
“Tapi aku harus kembali.”
Elshava tersenyum lalu menganggukan kepalanya, dia melepaskan tangan Gentala. Sedangkan Gentala sedang berkutat dengan fikiranya, ia bingung harus bagaimana.
“Tapi, aku fikir lebih baik aku ikut kamu El, disini aku ga ngerasain sakit lagi. Aku ikut kamu, ayo kita selalu bersama setelah ini Elshava.”
Gentala sudah memutuskan apa yang ia pilih.
Sudah banyak tangisan hari ini. Tiba tiba hujan deras dari siang hingga sore, seolah alam ikut merasakan kesedihan ini.
Dokter keluar dari ruang ICU, orang orang yang menunggu disana langsung bangkit berdiri untuk menanyakan keadaan Gentala. Mereka berharap Gentala bisa melawan sakit nya itu. Namun sayang nya itu tidak sesuai harapan mereka semua.
“Maaf, pasien bernama Adipati Gentala Abasya telah berpulang pada 23 November 2023 pukul 17:00 wib.”
Keluarga Tunggawijaya dan keluarga Adipati memutuskan untuk mengubur mereka di tempat yang bersebelahan pada hari esok. Mereka tau bahwa keduanya seharusnya di makam kan di tempat keluarga mereka masing masing. Tapi kali ini mereka memutuskan untuk tidak egois, mereka membiarkan kali ini agar mereka bisa bersatu.
Akhir
Hari pemakaman mereka tiba, semua berduka. Terutama kedua keluarga itu dan Nalendra, keluarga Nalendra juga ikut hadir. Semua orang beradu tangis, mata mereka semua sembab. Alam juga masih ikut bersedih, cuaca hari itu mendung.
Nalendra benar benar merasa kehilangan, tubuhnya lemas, kepalanya benar benar terasa sakit sekarang. Tubuh nta sudah tidak kuat tapi dia benar benar harus menahan itu. Dia harus mengantarkan dan melihat tempat terakhir Elshava. Dia kuat untuk Elshava.
Selesai mereka di makam kan ada dua kupu kupu berwarna putih berterbangan didekat mereka. Seolah mengibaratkan itu adalah Elshava dan Gentala.
Nalendra akan mengikhlas kan Elshava, dia berharap Elshava berbahagia disana dengan Gentala. Biarlah mereka merasakan ketenangan dan kebahagiaan disana, mereka sudah banyak mengalami masalah yang berat dan bertubi tubi.
Orang orang mulai meninggalkan makam untuk pulang, disana sudah semakin sepi dan kini hanya tersisa Nalendra sendiri disana.
“Elshava berbahagia disana ya, Berbahagialah dengan semesta mu, kamu tetap jadi semesta ku El. Gentala berbahagia juga disana dengan Elshava.” Suara Nalendra sudah benar benar lemas.
Nalendra menaruh setangkai bunga di masing masing makam Elshava dan Gentala, dan berpamitan.
“Aku pamit ya, aku bakalan lanjutin hidup aku demi kamu El.”
Tentang sebuah yang saling mengejar, namun tak bisa tergapai, menyisikan renjana yang begitu dalam dan amerta di dalam karyanya.
Selesai sudah kisah mereka bertiga, tidak berakhir bahagia tapi tidak juga berakhir sedih. Gentala dan Elshava sudah berhasil menciptakan kisah cinta yang tadinya lengkara menjadi amerta, dan Nalendra yang sudah merelakan semua yang terjadi. Biarkan kisah mereka bertiga menjadi amerta.
“Aku adalah aksara tanpa makna dan kamu adalah metafora yang fana. Layaknya bagaskara dan kita adalah dua atma yang tak diizinkan semesta.” Gentala.
“Kau amerta dalam aksara, sastra, dan prosaku. Menjadi tokoh utama yang tak pernah tergantikan oleh siapa pun. Meski hanya fatamorgana yang tak pernah berkahir.” Elshava.
”Karena ikhlas menjadi perayaan terakhir bagian ini, maka aku tidak akan mencoba melukismu lagi pada hamparan pasirnya. Aku tidak akan lagi menulismu dengan aksara dan sastranya. Akupun tidak akan menciptakan bayanganmu di naungan senja. Pergilah dan peluklah erat semestamu." Nalendra.
Latar Belakang Penulis
Cinby Anabel dan Sherly Kusumawardani Alwi adalah dua siswi SMKK BPK Penabur Bandar Lampung yang menduduki bangku kelas 11 Akuntansi 1. Mereka berdua menyatukan ide yang mereka punya dan menciptakan sebuah kaya yang berjudul “Lengkara”. Cinby memyukai diksi indah, dan Sherly yang menyukai kisah cinta yang berakhir sedih. Mereka berharap para pembaca lengkara dapat merasakan perasaan yang terkandung dalam novel tersebut. Tidak mudah menciptakan novel lengkara ini, tetapi berkat tekad dan kerjasama dari keduanya, akhirnya mereka berhasil menyelesaikan novel lengkara. Di awal cerita mereka membuat bahasa yang sedikit berat, tetapi seiring berjalannya cerita dalam novel, bahasa akan semakin ringan untuk memudahkan para pembaca.